Semarang – Dalam upaya menjawab tantangan ketimpangan sosial dan keberlanjutan lingkungan di wilayah pesisir, Guru Besar Ekonomi UNDIP, Profesor Indah Susilowati menekankan pentingnya transisi dari pertumbuhan biru (blue growth) menuju keadilan biru (blue justice) dalam sebuah presentasi ilmiah yang disusun bersama authors lain Hapsari Ayu Kusumawardhani, Aini Nur Furoida dan Ika Suciati.
Prof Indah dalam presentasinya menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang efisien secara ekologis tidak cukup apabila tidak dibarengi dengan distribusi yang adil, proses yang inklusif, serta pengakuan terhadap keberagaman identitas dan peran masyarakat lokal. Keadilan biru menempatkan komunitas pesisir bukan sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai subjek aktif yang memiliki suara dan kepentingan dalam proses tersebut.
Melalui hasil penelitian kolaboratif antara akademisi senior dan peneliti muda di wilayah perikanan pesisir-laut Demak dan Pati, Jawa Tengah, disusunlah sejumlah indikator untuk mengukur bagaimana masyarakat pesisir bertransisi dari kondisi rentan menuju keberlanjutan sosial, ekonomi, dan ekologis. Studi melakukan pemetaan sistematis atas aktivitas ekonomi biru di kedua daerah tersebut, yang menjadi dasar untuk memahami bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan prinsip-prinsip keadilan sosial. Presentasi ini memberikan wawasan baru mengenai bagaimana sinergi antara pertumbuhan dan keadilan dapat diwujudkan sebagai proses yang saling menguatkan.
Profesor Indah Susilowati, yang juga menjabat sebagai Koordinator Nasional program V2V (Vulnerability to Viability), memiliki kepakaran dalam bidang ekonomi sumber daya dan lingkungan, serta pengelolaan sumber daya pesisir. Ia aktif mendampingi kebijakan pemerintah melalui perannya sebagai tenaga ahli Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sejak 2005, serta menjadi konsultan untuk isu keberlanjutan di berbagai daerah. Keterlibatannya dalam Asian Fisheries Society (AFS) dan International Institute of Fisheries Economics and Trade (IIFET), termasuk sebagai anggota Dewan AFS periode 2025–2028, menegaskan kiprah internasionalnya. Selain itu, melalui keterlibatannya di inisiatif Gender in Aquaculture and Fisheries (GAF), ia juga konsisten mendorong partisipasi mahasiswa dan kesetaraan gender dalam pembangunan wilayah pesisir.