Yogyakarta, 9 Agustus 2024. Moh Najikhul Fajri, S.E., M.SE., Dosen Program Studi Ekonomi UNDIP turut menghadiri kegiatan jogja economics forum yang terselenggara melalui Bank Indonesia dan Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Yogyakarta. Pada kegiatannya, Fajri memaparkan peran penting dukungan pemerintah terhadap pengembangan silver entrepreneurs di sana dengan menggunakan berbagai instrumen. Pengembangan ketenagakerjaan berkelanjutan sangat penting dalam mendorong silver entrepreneurs di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai salah satu respons terhadap dinamika demografis yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk lansia. Dengan memanfaatkan potensi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki oleh kelompok usia lanjut, pemerintah dapat merancang instrumen kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja baru sekaligus meningkatkan partisipasi mereka dalam sektor ekonomi. Instrumen kebijakan yang tepat, seperti pemberian pelatihan kewirausahaan, akses permodalan, serta dukungan jaringan bisnis, dapat memperkuat daya saing silver entrepreneurs, sehingga mereka mampu berkontribusi pada ekonomi daerah secara berkelanjutan. Selain itu, kebijakan semacam ini membantu memperpanjang usia produktif dan memperkuat inklusi sosial kelompok lansia, sehingga turut mendukung visi DIY sebagai daerah yang inklusif dan berkelanjutan.

Pada kesempatan yang sama, Fajri juga ditemani oleh rekan Mahasiswa dari Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UNDIP lainnya yang membawakan topik terkait Ekonomi Hijau. Mahasiswa tersebut antara lain, Muhammad Silahul Mu’min dan Muh. Syariful Anam. Dengan topik yang saling beririsan tersebut membuatnya menjadi makin kompleks dan dipertimbangkan sebagai tolok ukur masa depan ekonomi DIY.

Silver entrepreneurs memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi hijau di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui penerapan praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan latar belakang pengalaman yang kaya, mereka dapat memanfaatkan teknologi ramah lingkungan serta model bisnis yang mendukung pelestarian alam. Misalnya, silver entrepreneurs dapat mengembangkan usaha di sektor energi terbarukan, pertanian organik, atau industri kreatif berbasis daur ulang. Korelasi antara silver entrepreneurs dan ekonomi hijau ini akan membantu mendorong inovasi lokal yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan di DIY, sekaligus memanfaatkan keahlian mereka dalam menciptakan peluang kerja baru yang ramah lingkungan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, peran mereka dapat memperkuat transformasi DIY menjadi pusat ekonomi hijau yang inklusif dan berdaya saing.

Melalui kegiatan ini,  Fajri berhasil didaulat sebagai paper terbaik sekaligus berkesempatan menjadi Juara 2 Kategori Umum. Sementara itu, dua mahasiswa lainnya mendapatkan predikat Juara 1 Kategori Mahasiswa. Kegiatan ini ke depan diharapkan memberikan ruang dan tukar pikiran berbagai isu-isu terkini pada bidang Ekonomi utamanya di Daerah Istimewa Yogyakarta.